... السلام عليكم

Kamis, 10 Juli 2014

Saudaraku yang di Luar Sana



Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar".
Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.


Aku menangis. Bukan karena
beberapa orang lebih condong pada pertandingan bola dunia dan pesta demokrasi negara. Bukan. Mereka jelas tidak butuh perhatian orang-orang yang tidak memperhatikan. Aku menangis karena in sya Allah, mereka mendapatkan keindahan di akhirat.

Aku menangis. Bukan karena gambar-gambar saudaraku yang terkapar ataupun mati, yang tersebar di dunia maya, yang mengiris ulu hati. Bukan. Karena, untuk apa menangisi itu? In sya Allah, mereka mendapatkan keindahan di akhirat.

Aku menangis. Bukan karena mereka yang teraniaya di sana. Bukan. Karena in sya Allah, mereka mendapatkan keindahan di akhirat.


Sebenarnya, saudaraku, aku menangis karena aku teringat akan diriku sendiri.

Aku pernah beberapa kali membuang makanan. Entah karena sudah kenyang atau karena makanan itu tidak enak, atau karena hal lainnya. Tapi kini aku sadar. Itu kesalahan fatal! Membayangkan saudaraku di sana, saat ini…mengambil makanan pun sulit, sangat berhati-hati kalau-kalau saat mengambil makanan, "maut" menjemput. Iya. Mereka makan pun tak sempat. Itu belum bagi mereka yang tidak punya makanan sama sekali. Maka pada saat lapar, tentulah makan adalah mimipi bagi mereka. Kalau ada orang yang pernah mati karena kelaparan, maka sesuap nasi yang pernah kubuang adalah nyawa.

Aku pernah seringkali seharian berleha-leha, santai, menyia-nyiakan waktu. Ternyata lain cerita yang di sana. Seorang anak kecil untuk bergerak saja harus hati-hati. Setiap nafas mereka sangat berharga, bahkan untuk setiap detiknya. Aku kalah telak sama mereka.

Dan masih banyak aku pernah-aku pernah lainnya.

Sebenarnya, saudaraku, aku menangis karena alasan sederhana. Aku tidak suka gambar-gambar yang bertebaran itu.

Mungkin niat dia baik, tapi mengapa tidak dia membantu mereka daripada mengambil gambar mereka untuk disebarkan? Yang terhormat fotografer, mereka butuh bantuanmu. Kamu ada di tempat kejadian. Itu kesempatan besar untukmu membantu mereka. Itu adalah mimpi kami, orang-orang yang hanya sekedar INGIN membantu mereka.

Mungkin benar gambar itu untuk lebih meyakinkan kita. Tapi sungguh, sakitnya mereka bukan tontonan. Matinya mereka bukan untuk ditangisi. Mereka telah syahid, in sya Allah. Aku lebih butuh kabar perkembangan saudara-saudaraku, bukan jasad yang bahkan menguburnya pun aku tak bisa.

Bagaimanapun, aku berterima kasih pada pengambil gambar-gambar itu. Darah-darah dalam gambar itu seolah-olah berkisah padaku, “In sya Allah kami adalah darah-darah yang bermanfaat. Tidak sia-sia tersimpan dibalik kulit. Tidak sekadar dimiliki. In sya Allah, kami bermanfaat dan akan bersaksi atas kebenaran.”

Sebenarnya, saudaraku, aku menangis karena kalian. Yaitu kalian yang pilu atas kabar saudara kalian di luar sana. Kalian yang begitu peduli pada mereka.

Aku bangga pada kalian. Sungguh seperti satu tubuh. Melihat postingan kalian tentang kabar mereka, membaca reaksi kalian terhadap keganasan tragedi itu, demi Allah itu semua membuatku semakin cinta pada agama ini, semakin cinta kalian.

Sayangnya aku tidak bisa mengekspresikan seperti bagaimana kalian mengekspresikan. Jika ada kalimat “I do not know what to say,” mungkin itulah kalimatku tentang bencana yang menimpa mereka.

Aku minta maaf tidak bisa membantu kalian yang telah benar-benar membantu mereka. Aku minta maaf tidak bisa setiap waktu memikirkan kalian dan mereka. Aku minta maaf tidak bisa selalu memanjatkan do’a untuk kalian dan mereka di tiap detiknya. Aku minta maaf tidak banyak berbagi harta dengan kalian dan mereka. Aku sungguh-sungguh berterima kasih kepada kalian yang telah membantu mereka. Terima kasih atas kepedulian kalian pada saudaraku (iya, saudaramu juga J).


#PrayForMuslim #PrayForGaza #SavePalestine #FreePalestine

Pernah suatu ketika seseorang bertanya, “Saudara kita di luar sana menderita, kita bisa apa?”

“Berdo’a…”

“Apakah adil mereka berjuang mati-matian dan berdo’a, sedangkan kita di sini cuma berdo’a? Apakah tega membiarkan mereka, bagian tubuh kita, sakit sendirian?”

“Donasi…”

“Apakah mereka lebih membutuhkan uang dan alat-alat duniawi lain? Mereka butuh bantuan kita, bukan? Mereka lebih butuh pemberi donasi itu, bukan donasinya! Mereka lebih butuh kedatangan kita! Gak ada gunanya sedih, kecewa, marah-marah di sini. Itu gak mengubah keadaan sama sekali. …Aku pikir begitu. Bagaimana menurutmu?”

“…”

Segera setelah itu, selang beberapa menit saja, aku tidak sengaja menemukan kalimat ini dalam buku suci. I did read this verse accidentally.

Tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
(Terjemah Qur’an surat At-Taubah ayat 122)

*ada sedikit perubahan pada bagian percakapan



“Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,
(Terjemah Qur’an surat Al-Mukmin ayat 8)

0 komentar:





Terima kasih. Semoga bermanfaat.
... والسلامعليكم

Kacamata

 

Ardiarti Bangun Wijaya Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez