Transformasi pembelajaran digital mengacu pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan dan mengubah cara kita belajar dan mengajar. Ini mencakup berbagai teknologi dan metode yang memungkinkan akses yang lebih besar, interaksi yang lebih dinamis, dan pengalaman pembelajaran yang lebih terpersonal. Berikut adalah beberapa aspek transformasi pembelajaran digital:
1. Aksesibilitas: Teknologi digital memungkinkan akses terhadap sumber daya pembelajaran dari mana saja dan kapan saja. Ini memungkinkan pembelajaran jarak jauh dan memfasilitasi akses bagi mereka yang mungkin terbatas dalam menghadiri kursus konvensional.
2. Interaktif dan Terlibat: Alat pembelajaran digital seperti platform pembelajaran daring, permainan pembelajaran, dan video interaktif dapat meningkatkan keterlibatan siswa. Ini dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih menarik dan efektif daripada metode pembelajaran tradisional.
3. Adaptif: Teknologi pembelajaran digital dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu. Sistem pembelajaran adaptif menggunakan data dan analisis untuk menyesuaikan konten pembelajaran sesuai dengan tingkat pemahaman dan gaya belajar masing-masing siswa.
4. Kolaboratif: Berbagai alat digital memfasilitasi kolaborasi antara siswa, baik secara sinkron (real-time) maupun asinkron (tidak real-time). Forum daring, proyek kolaboratif, dan alat berbagi dokumen memungkinkan siswa untuk belajar dari satu sama lain dan bekerja sama dalam lingkungan yang mendukung.
5. Pemantauan dan Evaluasi: Teknologi digital memungkinkan pengumpulan data yang lebih besar tentang kemajuan siswa dan efektivitas pembelajaran. Sistem manajemen pembelajaran (LMS) dapat digunakan untuk melacak aktivitas siswa, hasil tes, dan partisipasi, yang memungkinkan pendidik untuk memberikan umpan balik yang lebih terarah dan memperbaiki kurikulum jika diperlukan.
6. Personalisasi: Pembelajaran digital dapat dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan dan minat individu. Siswa dapat memilih materi, waktu, dan gaya pembelajaran mereka sendiri, yang dapat meningkatkan motivasi dan efektivitas pembelajaran.
7. Penggunaan Teknologi Canggih: Perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), realitas virtual (VR), dan realitas augmentasi (AR) dapat meningkatkan pengalaman pembelajaran dengan simulasi yang realistis, visualisasi yang mendalam, dan pengalaman belajar yang lebih imersif.
8. Peningkatan Keterampilan Digital: Transformasi pembelajaran digital juga mencakup pengembangan keterampilan teknologi bagi siswa dan pendidik. Ini termasuk keterampilan seperti literasi digital, pemecahan masalah teknologi, dan kemampuan untuk berpartisipasi secara efektif dalam lingkungan digital.
Dengan memanfaatkan potensi teknologi informasi dan komunikasi, transformasi pembelajaran digital bertujuan untuk meningkatkan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan di era digital. Penerapan teknologi digital dalam pembelajaran berkaitan dengan teori konektivitas (connectivism).
Teori connectivism diperkenalkan oleh George Siemens pada tahun 2005. Teori konektivisme memandang belajar sebagai terkoneksi atau terhubungnya antara pendidik, peserta didik, sumber belajar, dan teknologi informasi. Teori tersebut menjelaskan fenomena belajar masa kini ketika proses belajar tidak selalu terjadi di dalam ruang-ruang kelas, melainkan memanfaatkan internet sebagai media dan sumber belajar.
Spinello (Ambawani, dkk, 2024) menyatakan teori connectivism terdapat empat unsur dalam belajar, yaitu (a) otonomi, (b) keterhubungan, (c) keragaman dan (d) keterbukaan. Otonomi mengacu pada pengendalian diri dalam memilih koneksi dan sumber yang relevan untuk menimba ilmu tanpa bimbingan guru. Keterhubungan atau koneksi berarti pembelajaran terjadi ketika siswa, siswa dan guru, serta guru dan guru menghubungkan dan bertukar pendapat, pengetahuan, dan ide dalam suatu proses kolaboratif. Keragaman mewakili perspektif unik dan kreativitas anggota dalam jaringan yang berkontribusi terhadapkeseluruhan. Karena guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar, siswa didorong untuk mengungkapkan pendapatnya kepada orang lain. Lalu, keterbukaan dipahami sebagai pertukaran pendapat dan gagasan dalam suatu sistem jaringan guna memperoleh pengetahuan dan informasi sesuai dengan yang diharapkan.
Beberapa prinsip utama dalam teori belajar konektivisme sebagaimana yang dinyatakan oleh Ariyanto & Fauziati (2022), antara lain: (1) pembelajaran merupakan suatu proses penghubungkan beberapa sumber informasi, (2) mendorong dan memelihara hubungan untuk memfasilitasi terjadinyapembelajaran berkelanjutan (continual learning), (3) kemutakhiran dan keakuratanpengetahuan merupakan tujuan dari kegiatan pembelajaran, (4) dapat memilah, memilih dan mengelola informasi untuk penentuan pengambilan suatu keputusan.
Berdasarkan pengertian, unsur, dan prinsip dari teori konektivitas di atas, maka cara menerapkan teori konektivisme dalam proses pembelajaran di kelas senagai berikut.
1. Memanfaatkan teknologi
2. Pembelajaran berbasis proyek
3. Pembelajaran kolaboratif
4. Pengajaran berbasis masalah
5. Pengembangan keterampilan metakognisi
6. Mendorong kreativitas dan inovasi
Penerapan dari teori konektivisme saya lakukan dengan pendekatan TPACK (Technological, Pedagogical, Content Knowledge) selama mengajar di kelas VI, III, dan IV SDN Kliwonan 1 Masaran, Sragen. TPACK adalah kerangka kerja untuk memahami pengetahuan yang dibutuhkan guru untuk mengefektifkan pembelajaran dan pemahaman konsep dengan mengintegrasikan sebuah teknologi di lingkungan belajar. Adapun aplikasi yang telah dimanfaatkan, antara lain, Quizizz, Kahoot, Canva, YouTube, Rumah Belajar, WordWall, GMail, Google Translate, Google Classroom, WhatsApp, Google Meet, dan Microsoft Word. Berikut salah satu alur pembelajaran yang telah saya terapkan di kelas VI dengan teori konektivisme.
Topik: “Magnet”
|
IPA |
|||
|
Kompetensi Dasar |
Indikator |
||
|
3.5 |
Mengidentifikasi sifat-sifat magnet dalam kehidupan sehari-hari. |
3.5.1
|
Menyimpulkan cara membuat magnet dengan menggosok (C5) |
|
4.5 |
Membuat laporan hasil
percobaan tentang sifat-sifat
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. |
4.5.1
|
Menyajikan karya hasil pembuatan magnet dengan menggosok (P5)
|
|
Bahasa Indonesia |
|||
|
Kompetensi Dasar |
Indikator |
||
|
3.6 |
Mencermati petunjuk dan isi teks formulir (pendaftaran, kartu anggota, pengiriman uang melalui bank/kantor pos, daftar
riwayat hidup, dsb.) |
3.6.1
|
Menganalisis isi formulir lembar jawab komputer (LJK). (C4) |
|
4.6 |
Mengisi
teks formulir (pendaftaran, kartu
anggota, pengiriman uang melalui bank/kantor pos, daftar riwayat hidup, dll.)
sesuai petunjuk pengisiannya. |
4.6.1 |
Menerapkan
langkah-langkah pengerjaan LJK. (P4) |
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Melalui tanya jawab berbantuan Talking Stick tentang pembuatan magnet dengan menggosok, peserta didik dapat menyimpulkan cara membuat magnet dengan menggosok dengan benar. (C5)
2. Melalui eksperimen tentang pembuatan magnet dengan menggosok, peserta didik dapat menyajikan karya hasil pembuatan magnet dengan menggosok dengan benar. (P5)
3. Melalui kegiatan Make a Match melalui media WordWall tentang isi formulir LJK, peserta didik mampu menganalisis isi formulir ujian dengan benar (C4)
4. Melalui kegiatan diskusi dan tanya jawab tentang formulir ujian, peserta didik mampu menerapkan langkah-langkah pengerjaan LJK dengan lengkap. (P4)
MATERI PEMBELAJARAN
1. Cara membuat magnet dengan menggosok.
2. Formulir ujian.
PENDEKATAN, MODEL, DAN METODE PEMBELAJARAN
1. Pendekatan : TPACK
2. Model : Problem Based Learning (PBL), Make a Match, Talking Stick
3. Metode : Ceramah, tanya jawab, pengamatan, eksperimen, dan diskusi.
ALAT, MEDIA, DAN SUMBER PEMBELAJARAN
1. Alat : Layar, proyektor, chromebook, speaker, papan tulis, spidol, dan penghapus.
2. Media : PowerPoint Cara Membuat Magnet, Canva, Video, WordWall, kompas, gabus, jarum, baskom, air.
3. Sumber Pembelajaran
a. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2018. Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Tema 5 Wirausaha Buku Siswa SD/MI Kelas VI. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Alexander, Said, & Abadi. 2022. Buku Interaktif Tema 5 Wirausaha untuk SD/MI Kelas VI. Yogyakarta: Intan Pariwara.
c. Purnamasari, Ervina. 2020. Tema 5 Wirausaha. Karanganyar: CV. Pustaka Persada
d. Anggari, dkk. 2018. Wirausaha : Buku Guru Edisi Revisi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
e. YouTube: https://youtu.be/Nc1_IMojEPs
LANGKAH PEMBELAJARAN
|
Kegiatan |
Deskripsi Kegiatan |
Alokasi Waktu |
|
Kegiatan Pendahuluan |
1.
Peserta didik menjawab salam dan berdoa bersama. (PPK Religiusitas-Collaboration, Communication) 2.
Peserta didik menyampaikan kabar dan
melakukan presensi. (Communication) 3.
Peserta didik diingatkan untuk selalu mematuhi
protokol kesehatan dan disiplin setiap saat beserta manfaatnya. (Communication) 4.
Peserta didik dimotivasi oleh guru dengan menyanyikan lagu “Garuda Pancasila” dengan
diiringi musik. (Nasionalisme-Collaboration, Communication, TPACK) 5.
Peserta didik
bersama guru mengaitkan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang
akan dipelajari dan kehidupan nyata melalui pertanyaan apersepsi (Communication, critical thinking, collaboration): a.
Dimana saja kamu menemukan magnet? b.
Bagaimana ibu menemukan jarum jahit yang
jatuh? c.
Apakah magnet di gunting termasuk magnet
alam? d.
Bagaimana cara membuat magnet? 6. Peserta didik
menyimak penyampaian tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. (Communication) |
10
menit |
|
Kegiatan Inti |
Fase 1 : Orientasi
peserta didik pada masalah 1. Peserta
didik memperhatikan gambar tentang
masalah anak yang tersesat di hutan dan membutuhkan penunjuk arah. 2. Peserta
didik bersama guru bertanya jawab tentang solusi permasalahan. 3. Peserta didik memperhatikan video tentang cara membuat
magnet dan penjelasan ringkas tentang formulir ujian. Fase 2 : Mengorganisasikan
peserta didik dalam belajar 4. Peserta
didik membentuk kelompok dengan anggota 4-5 orang. 5. Peserta
didik dengan bimbingan guru memilih ketua kelompok. 6. Guru
membagikan LKPD dan Bahan Ajar
tentang pembuatan magnet dengan menggosok dan formulir ujian. Fase 3 : Membimbing
penyelidikan individu dan kelompok 7. Peserta
didik berdiskusi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan cara membuat magnet dengan menggosok dan formulir ujian. 8. Peserta
didik menggunakan berbagai sumber dalam menyelesaikan masalah. 9. Guru
memberikan bimbingan kelompok. Fase 4 : Mengembangkan
dan Menyajikan Hasil Karya 10. Peserta
didik mempresentasikan hasil diskusi. 11. Peserta
didik memberi tanggapan terhadap hasil presentasi kelompok lain. 12. Peserta
didik menyimak apresiasi dari guru untuk kelompok yang tampil.
Fase 5 : Menganalisis
dan Mengevaluasi Proses Pemecahan
Masalah 13. Bersama peserta didik, guru mengevaluasi pemecahan masalah yang ditampilkan peserta
didik. 14. Peserta didik bersama guru menentukan keberhasilan diskusi. |
50 menit |
|
Kegiatan Penutup |
1.
Peserta didik
dipandu oleh guru menyimpulkan pembelajaran (Integritas-Communication, Collaboration) 2.
Peserta didik bersama guru melakukan
refleksi dengan mengajukan pertanyaan (Communication): a. Hal apa saja yang telah dipelajari hari ini? b. Bagaimana perasaan
kalian mengikuti
kegiatan? c. Sikap
apa yang
dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari setelah mengikuti pembelajaran? 3. Peserta didik mengerjakan soal evaluasi. (Critical Thinking) 4. Peserta didik menerima tindak lanjut dari hasil
evaluasi. (Communication,
Critical thinking, Collaboration) 5.
Peserta didik
bersama guru menyanyikan lagu “Padhang Bulan” (Nasionalisme-Communication, Collaboration) 6. Peserta didik mendapatkan apresiasi dari guru karena mengikuti pembelajaran dengan baik dan menyampaikan
materi pembelajaran yang akan datang. 7. Peserta didik menutup pelajaran dengan berdoa dan
menjawab salam penutup. (Communication, Religiusitas) |
10 menit |
___
Daftar Pustaka:
Ambawani, C. S. L., Kusuma, T. M. M., Fauziati, E., Haryanto, S., & Supriyoko, A. (2024). PERSPEKTIF CONNECTIVISME TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA GAMIFIKASI DALAM PEMBELAJARAN. PROFICIO, 5(1), 636-644.
Ariyanto, A., & Fauziati, E. (2022). Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar dalam Perspektif Teori Belajar Konektivisme George Siemens. Jurnal Mitra Swara Ganesha, 9(2), 144-153.
Sarkim, T. Konektivisme: Teori Belajar di Era Internet. Mendidik Generasi Milenial Cerdas Berkarakter, by Ignatius Edi Santosa, 45-62.
Wicaksono, D., & Suradika, A. (2022). DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI KONEKTIVISME: KERTAS KERJA EVALUASI KURIKULUM DI PRODI MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA. Perspektif, 2(1). https://doi.org/10.53947/perspekt.v2i1.537

0 komentar:
Posting Komentar