... السلام عليكم

Rabu, 22 April 2015

Masalah





“...Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu 1.rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa 2.kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat).”

Kalimat berhuruf tebal 1. dan 2. adalah kata kunci. Berdasarkan kalimat 1, ‘rahmat dari Kami’, artinya bahwa semua rahmat, kebaikan datangnya dari Allah. Jika bertanya, mengapa di situ ditulisnya Kami dan bukan Allah? Lihat jawabannya di sini
Berdasarkan kalimat 2, ‘kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri’, berarti bahwa memang pada dasarnya segala masalah itu datangnya atau awalnya dari diri kita sendiri. Dari tangan kita sendiri. Coba direnungkan, benarkah itu?
Mari kubantu merenungkannya. Misal kamu membeli laptop untuk keperluan sekolah. Setelah membeli, laptop pun rusak. Mana tak ada garansi. Masalah ini tak akan terjadi jika kamu tidak membeli laptop. Okay, tidak membeli laptop artinya kamu bermasalah dengan aktivitas sekolahmu karena tidak punya laptop. But, hey! Siapa yang memutuskan untuk sekolah? Jadi kamu tak akan bermasalah dengan laptop itu kalau kamu tak sekolah bukan? Dan seterusnya hingga akar masalahnya ada di kamu.
Maka jelaslah bahwa kitalah pembuat keputusan dan setiap keputusan mempunyai resiko. Resiko buruk itulah yang disebut masalah.
Ya ya ya, akar masalahnya kita. Lalu siapa yang menciptakan kita? Tuhan kan? Berarti Tuhanlah yang membuat masalah.
Tuhan tidak membuat masalah. Kamu yang membuat. Tuhan menciptakan kamu, lalu kamu membuat masalah. Apa itu salah Tuhan? Jadi misal Ibumu melahirkanmu, kamu dewasanya pembuat onar, lantas apakah yang salah Ibumu karena melahirkanmu? Tentu tidak!

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Guru agamaku kelas XII, Bapak Supadi, pernah menjelaskan ayat di atas kepada kami. Bahwa setiap kerusakan, setiap masalah, adalah kita yang menciptakan, kita yang membuat. Tuhan disebut menciptakan masalah dalam artian Dia mengizinkan kamu menciptakan masalah itu. Atas izin-Nya itulah orang sering bertanya, “Mengapa Tuhan memberi masalah ini kepadaku?” Padahal dia sendiri yang menciptakan masalah itu. Tuhan hanya mengizinkan. Karena Dia tahu kamu sanggup menyelesaikannya.

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...” (http://quran.com/2/286)

Mengapa kamu disebutkan ‘sanggup menyelesaikannya’? Disinilah poin yang akan aku sampaikan.

Eh, tapi Allah mengizinkan aku membuat masalah. Kalau Allah mengizinkan, artinya Dia yang menciptakan masalah, bukan?

Bukan!
Pernahkah kamu mengikuti ujian dimana guru memberi soal kepada muridnya : “Buatlah 5 pertanyaan dan jawablah” ?
Aku pernah. Jadi, atas izin sang guru, kamu membuat 5 pertanyaan yang mana kamu tahu jawabannya. Guru hanya menilai. Tentu dalam hal ini, guru paham betul materi yang sedang diujikan sehingga guru memberi penilaian. Dan kamu pun bisa menjawab 5 persoalan itu karena kamulah si pembuat soal.

Segala hal di dunia ini adalah ujian bagi kita. Hidup adalah ujian untuk kehidupan yang sebenarnya. Bayangkan saat ujian semacam itu, kamu membuat soal saja dan tidak menjawabnya. Membuat soal sendiri tapi tidak sanggup kamu jawab? Hanya ada dua kemungkinan. Apakah kamu gila? Atau bodoh?
Kamu lihat, orang-orang yang bunuh diri karena tak sanggup menghadapi soal, tak sanggup menghadapi masalah. Mereka adalah contoh peserta ujian yang gila nan bodoh. Pertanyaan yang mereka buat sendiri, tidak sanggup mereka jawab. Seolah mereka menguji Guru dengan pertanyaan yang mereka buat. Mereka menyuguhkan soal kepada Guru dan membiarkan soal itu tanpa ampun tak terjawab. Lantas mereka pergi meninggalkan ruang ujian (dunia), itu pun tanpa seizin Guru. Mereka mendahului takdir. Mereka menentang dan menantang Sang Guru. Itulah bagaimana putus asanya orang-orang bunuh diri.

“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.”

Hidup ini ujian. Masalah itu sebenarnya tidak ada. Yang memberatkan masalah hanyalah mempermasalahkannya. Dan cara untuk menambah masalah adalah menunda menyelesaikannya.
Maka, hadapilah! Kita sanggup mengatasinya. Insyaa Allah.

0 komentar:





Terima kasih. Semoga bermanfaat.
... والسلامعليكم

Kacamata

 

Ardiarti Bangun Wijaya Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez