... السلام عليكم

Minggu, 02 Februari 2014

7 Kesalahan Penulis



Yak! Kali ini aku mengupas (ngupi-paste) dari nulisbuku.com dengan editan yang di selip-selip pengalaman pribadi. Dan aku rasa, ke-7-nya ini benar-benar umum dialami oleh kebanyakan penulis.
Jadi,

ada beberapa macam kesalahan yang sering dilakukan oleh para penulis. Baik penulis yang sudah profesional ataupun penulis pemula.
1.    Kemalasan.
Ini mungkin kesalahan yang dialami oleh hampir semua penulis. Hasilnya? Tulisan tidak pernah selesai dan berujung pada draft yang kemudian ditinggalkan terlalu lama tidak tersentuh. Yang akhirnya terlupakan. Atau kalau tidak, apa yang seharusnya ditulis hanya tersimpan dalam benak tanpa wujud yang nyata.
Oh, iya. Menurutku, sebenarnya semua orang adalah penulis. Mereka yang mengklaim bukan seorang penulis, bisa jadi inilah alasannya. Malas.
Cara mengatasinya terletak pada diri sendiri dengan berjuang melawan kemalasan. Menulis membutuhkan napas panjang dan komitmen yang kuat. Berhentilah menunda dan membuat banyak alasan. Bulatkan tekad dan mulailah menulis! Apapun itu, sekiranya perlu, tulislah! Ini akan bermanfaat.

2.    Mencoba menjadi penulis yang sempurna.
Menurut Gardner, seorang penulis novel triler dan misteri, keinginan untuk menjadi penulis sempurna seperti ini bisa menjadi berbahaya bagi penulis, karena penulis cenderung akan fokus pada satu hal, sehingga cerita seakan-akan tidak bergerak. Menurutnya, cerita bertujuan untuk menghibur, oleh karena itu sebuah cerita harus terus bergerak maju. Jangan berhenti hanya karena ingin tulisanmu menjadi sempurna, tetaplah menggerakkan cerita.
Ini pun masalah yang sering aku hadapi. Sangat-sangat sering. Karena berambisi menulis dengan sempurna, sulit untuk menggapai garis finish. Alhasil, tersimpan baik berupa draft dan tidak terselesaikan. Sayang, kan? Bayangkan saja, terkadang aku menghabiskan waktu lebih dari satu menit memikirkan bagaimana satu kalimat ini akan menjadi kalimat yang sempurna saat dibaca orang lain nanti. Aku mengubah-ubah polanya, atau diksinya. Sampai ketemu satu, ya, satu kalimat yang menurut aku sudah sempurna, jam kemudian mengingatkan bahwa aku telah menghabiskan banyak waktu untuk 1 kalimat tersebut. Lalu terguncanglah pikiran, “Bukankah mungkin pembaca tidak akan mempedulikan kalimat ini? Bukankah kebanyakan mereka melihat ceritanya? Bukankah kuncinya pada pemahaman? Oh, ini buruk! Aku terlalu lama menghadapi satu kalimat ini yang padahal pembaca akan melahapnya hanya kurang dari 5 detik.” Nah, putus asa untuk melanjutkan. Dan sekali lagi, ini amat disayangkan.

3.    Terpaku pada kerangka/ outline
Kerangka tulisan memang kita butuhkan dalam menulis. Tujuannya agar cerita tidak menyimpang terlalu jauh dari yang diharapkan, tetapi terlalu fokus dan mengikuti alur outline akan membatasi sebuah cerita menjadi kaku. Oleh karena itu, biarkan kreativitasmu berkembang, gunakan outline sebagai pembatas, bukan panduan utama.
Dan saran aku, tulislah kerangka segera setelah memperoleh inspirasi. Dikhawatirkan ide-ide tulisan itu hilang atau terlupa. Kecuali jika Kamu sudah profesional dalam masalah ini, tidak perlu menulis kerangka, itu terserah. Kita punya cara. Pahami diri sendiri.

4.    Cemburu. 
Ini dia.
Benar saja, rasa cemburu juga terjadi pada penulis, sama halnya juga sering terjadi kepada para pekerja seni lainnya. Cemburu yang dimaksud adalah kecemburuan terhadap penulis lain serta karya-karya mereka. Efek dari kecemburuan ini bisa baik tapi bisa juga buruk. Efek baiknya mungkin kamu akan termotivasi untuk menjadi sebaik atau lebih baik dari penulis tersebut. Tapi, efek buruknya kamu akan cenderung meniru cara menulis mereka. Atau, seperti yang pernah aku alami, merasa rendah setelah tahu tulisan kawan lebih baik dari tulisanmu. Kendalikan emosi cemburumu, jadikan hal positif bagi tulisanmu. Terutama, percayalah pada dirimu dan jadilah dirimu sendiri!

5.    Terlalu berfokus pada bisnis.
Mungkin tidak banyak penulis yang bertujuan utamanya adalah menulis untuk bisnis. Sehingga menjadi terobsesi dan fokus pada bisnis, bukan pada karya yang dihasilkannya. Menulis tentang bisnis baik loh, tapi kalau tulisan yang dibisniskan? Silakan jawab sendiri.
Ya, aku pernah menjawabnya. Saat itu, masa-masa aku sangat butuh flashdisk. Aku menulis hanya untuk mendapatkan sebuah flashdisk. Tidak peduli bagaimana cerita yang aku sajikan, aku yakin akan mendapatkan flashdisk itu. Fokusku benar-benar pada reward. Setelah berhasil mendapatkan apa yang diinginkan, baru sadar, ternyata tulisanku tidak pantas dipublikasikan. Malu? Tentu saja.
Maka, bukalah mata, hati, dan pikiranmu saat menulis. Intesitas fokusmu juga mempengaruhi kualitas tulisanmu.

6.    Tidak membaca buku.
Ingatkah kamu perintah pertama yang turun dari Tuhan kita? Al-‘Alaq ayat 1 sampai 5. Perintah itu adalah perintah pertama sekaligus kata yang pertama-tama diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, ada dalam surat al-’Alaq ayat 1, berbunyi “Iqra’  (bacalah)...” Ini menegaskan kepada kita tentang pentingnya membaca. Kemudian, ada hal penting lagi di samping membaca. Itu dalam surat al-‘Alaq ayat 4, menulis (allama bi al-qalam).
Membaca itu penting untuk seorang penulis. Seperti yang aku katakan sebelumnya, semua orang sebenarnya adalah penulis. Jadi, membaca itu sangat-sangat penting untuk seeemua orang.
Pernah aku sangat bodoh, benci membaca. Ketika itu aku pikir, lebih baik orang lain membaca tulisanku daripada aku membaca tulisan mereka. Sok banget kan aku? Nah, terjawab kemudian aku tidak bisa berkarya. Mau berkarya bagaimana kalau membaca saja enggan? Sangat penting! Jangan berharap dapat menulis dengan baik tanpa pernah sekalipun membaca. Seorang penulis Amerika mengungkapkan, “jika seseorang dapat membaca 10 buku setahun kami (penulis), seharusnya dapat melakukannya jauh lebih baik.” Jadi, sudah berapa banyak buku yang kamu baca tiap tahun?

7.    Imitasi.
Ada penulis yang terinspirasi oleh karya penulis lain, namun ada juga penulis yang sekadar meniru karya penulis lain. Bedakan antara terinspirasi dengan meniru! Suatu tiruan/imitasi tulisan akan terlihat sangat mirip dengan tulisan aslinya. Berhati-hati dalam menulis, mungkin awalnya hanya terinspirasi tapi bisa berakhir imitasi.
Dan, ya. Postingan ini salah satu bentuk imitasi sekaligus inspirasiku. Iyalah, aku kan copas. Diedit dikit. Hehe.. Editing memang lebih mudah dan menyenangkan. Tapi jangan lupa, an original is WORTH more than a copy.

Kini kamu sudah mengenal 7 kesalahan penulis, yang mana kesalahan yang sering kamu lakukan?
Sebagaimana pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a., “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya,”  maka mulai sekarang, mari bertekad menjadi penulis yang lebih baik. Hindari ketujuh kesalahan penulis diatas. Mari berkarya!

“Setiap rahasia jiwa penulis, setiap pengalaman hidupnya, setiap kualitas pikirannya, tertulis dalam karya-karyanya.” —Virginia Woolf


0 komentar:





Terima kasih. Semoga bermanfaat.
... والسلامعليكم

Kacamata

 

Ardiarti Bangun Wijaya Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez