... السلام عليكم

Minggu, 22 Mei 2011

Sedikit Tentang Manusia


Di dunia ini, sukses memang tak menjamin kebahagiaan. Lantas, bagaimana jika hanya dengan sukses seseorang akan bahagia? Bukan begitu. Seperti apa kata ekonomi, tidak ada manusia yang puas akan suatu hal. Setelah kebutuhan satu terpenuhi, pasti butuh yang lain. Kecuali bagi mereka yang benar-benar bersyukur tentang hidup ini. Mereka itu akan senantiasa bahagia walaupun tidak atau belum sukses, bahkan dalam keadaan sukses sekalipun.
Suatu hari,
dalam sebuah status di Facebook, terdapat beberapa komentar yang salah satunya ada namaku.

Ayo donk, like statusku.... yang banyak, ya....
anda dan sejuta orang menyukai ini
Like ~ Komentar
...
Ardiarti Bangun Wijaya : “kalau statusmu sudah di-like, terus mau apa?”
xxxxxxxx xxxxxx xxxxxx : “ya gapapa, seneng aja. Makasih, ya udah like statusku...”
Ardiarti Bangun Wijaya : “oh, oke”
...


Sejak itulah pemikiranku tentang manusia.
Manusia.
Ada banyak macam manusia jika dilihat dari segi kebahagiaan dan kesuksesan.
-          Manusia bahagia dan sukses,
-          Manusia tidak bahagia, tidak sukses,
-          Manusia belum bahagia, belum sukses,
-          Manusia bahagia, namun tidak sukses,
-          Manusia bahagia, namun belum sukses,
-          Manusia tidak bahagia, namun sukses,
-          Manusia belum bahagia, namun sukses,
-          Manusia tidak bahagia, namun belum sukses,
-          Manusia belum bahagia, namun tidak sukses,

Semua macam itu ada penelaahannya. Namun sayang, aku akan lelah mengetik. Akan banyak sekali yang ditulis jika benar-benar bicara soal manusia. Sepertinya tanpa aku tulis pun anda sudah tahu. Semoga.

Eits!
Bahagia. Itu tidaklah sama dengan senang. Senang hanyalah secuil kebahagiaan. Sebentar bisa hilang.

Cerita dikit nih...
Suatu ketika aku ingin mengenal ALLAH lebih dekat. Lalu kudapat Al-Qur’an dalam almari. Tanganku meraba sampulnya. Debu menggelitik telapak tanganku. Sedikit kubersihkan, kemudian kubaca di dalamnya. Karena kupikir akan percuma kalau ternyata ayat-ayat yang aku baca tak kutahu maksudnya, aku putuskan membaca tarjamahnya saja. Tiap satu kalimat yang kubaca dalam Al-Qur’an itu, membuatku “geli” untuk kalimat selanjutnya. Tiba-tiba, kudapati tentang manusiawi. Al-Qur’an ini benar-benar hebat! Sungguh, demi ALLAH, hebat sekali!
Tahukah kawan, sejak dahulu, aku, mungkin juga kamu, bingung tentang hidup ini. Aku yang memiliki Tuhan yang sama sekali tak kutampak dari mata kepalaku sendiri, namun aku tetap percaya bahwa Dia ada.
Manusia jaman dahulu, mana mungkin menulis kalimat-kalimat seindah ini. Masa iya, bisa tahu kehidupaan yang akan datang? Siapa lagi kalau bukan Tuhan Pembuatnya. Sungguh suatu mukjizat. Tapi...Dia di mana?
Dari Al-Qur’an itu pula aku maupun kamu akan tahu Tuhan itu sebenarnya di mana.
Benar-benar takjub. Tuhan menampakkan firman-Nya.

Kembali ke bab manusiawi,
Dari banyak ayat Al-Qur’an tentang manusiawi, yang baru-baru saja kutemui perihalnya adalah :

“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.”

Tentulah tidak salah. Manusia itu tidak ada yang ingin keburukan menimpa dirinya. Pasti maunya yang baik-baik. Dan itu tidak akan pernah dihindari oleh manusia itu sendiri.
Mungkin bisa anda rasakan, jika ada musibah yang mengenai, perasaan awal adalah putus asa. Setelah daya ingat menyadarkan bahwa berputus asa hanyalah untuk orang kafir, kemudian barulah semangat kembali.

Lain lagi kalau musibahnya hebat, misal gempa atau tsunami...
Dalam Al-Qur’an menjelaskan :

“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa.”

Yah, inilah kami, Ya ALLAH...
MA-NU-SI-A.
Maka ampunilah kami... astagfirullah hal Adzim.

Kenapa anda harus mengenal manusia?
Karena anda manusia.
Dan baik, kalau anda mengenal diri sendiri dahulu sebelum mengenal yang lainnya. Agar kaudapat rasa sayang yang wajar untuk dirimu sendiri.

0 komentar:





Terima kasih. Semoga bermanfaat.
... والسلامعليكم

Kacamata

 

Ardiarti Bangun Wijaya Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez