... السلام عليكم

Sabtu, 30 April 2011

Manusiawi


"Kalian ini generasi yang akan datang, yang akan merubah masa depan kelam negara kita..."

Begitulah yang aku dengar dari mulut beberapa orang guru seumur hidupku.

Seorang guru bisa berkata tentang masa depan muridnya yang intinya pada perubahan. Perubahan untuk negari ini tentunya. Negara Indonesia.

Padahal,
perubahan itu tak pandang umur. Sekalipun tua, yang namanya hidup, semua pasti bisa. Segalanya pasti bisa. Untuk merubah dunia sekalipun. Apalagi jika kita punya Tuhan. Jika percaya Dia Tuhan kita, kenapa tidak? Maksudnya, apanya yang mustahil untuk kehidupan hamba-Nya? Tuhan kan Maha bisa. Masa iya, ada Tuhan yang tidak bisa atas segala sesuatu. Bukan Tuhan tuh!

Kembali ke soal guru.

Guru, digugu lan ditiru, adalah yang dipercaya dan dicontoh. Jika guru salah, bukan suatu kemungkinan jika murid pun salah. Hanya murid kreatif dan kritis yang bisa mengetahui letak kesalahan dari guru. Maka, jika pembaca adalah pelajar, cobalah untuk kreatif dan kritis. Asyik loh, kalau tahu kesalahan orang dan mencoba mengubah persepsi.

Guru juga manusia, yang artinya, guru juga pasti punya salah. Seorang filsuf atau profesor atau apalah yang katanya tinggi-tinggi itu, mereka bisa salah. Sudah pasti bisa saja salah. Salah-benarnya itu adalah manusiawi. Segala sifat yang wajar ada pada manusia itulah manusiawi.

Sebenarnya apa sih guru itu?

Guru itu bukan selalu sebuah profesi. Tetapi, setiap orang yang tahu akan sesuatu dan mengajarkannya pada orang lain, itulah guru. Dan, orang lain itulah yang disebut murid.
Sekian lama aku tahu tentang Indonesia yang katanya negara miskin dengan jumlah penduduk terbanyak (terlalu banyak). Jika masalah ini disalahkan, itu artinya yang salah adalah yang menyalahkan. Gak waras apa, masalah kok disalahkan. Yang salah ya yang bikin masalah. Ya iyalah.

Indonesia kacau karena jumlah penduduknya. Indonesia miskin karena jumlah pennduduknya. Bangsanya banyak yang nganggur gara-gara pengusaha suatu negara itu sudah tidak memberi lowongan kerja. Kalo suatu perusahaan menerima pekerja sebanyak-banyaknya, saya yakin bakalan bangkrut deh perusahaan itu. Kan lagi jamannya mata uang kita gak begitu berharga di mata dunia. Inflasi gitu loh!

Yah, begitulah!

Semua karena sumber daya manusianya kalau kata guru-guruku dulu.

"Kalian ini generasi yang akan datang, yang akan merubah masa depan kelam negara kita..."

Kembali kalimat itu muncul di benakku.

Seperti halnya perubahan, ilmu dan pengetahuan sesungguhnya juga tak pandang umur. Guruku yang memberi alasan bahwa sebab kami (guru-guru) sudah tua, maka murid-muridnyalah sebagai penerus perjuangan, adalah alasan yang sebenarnya tidak masuk akal dan lumayan salah. Kenapa mereka mengatakan murid-murid mereka sebagai penerus? Lalu mereka apa? Teori doang?

Lalu beberapa murid yang pernah diajari guru itu menjadi seorang guru. Mereka mengatakan hal yang sama kepada murid-murid mereka dengan kalimat yang sedikit berbeda, bahwa murid-murid mereka adalah bangsa penerus. Bahkan ada yang kebalik. Penerus bangsa.
Begitulah sebuah sosialisasi dari jalinan profesi.

Ada juga, guru yang mengolok-olok pemimpin negerinya sendiri. Inilah guru yang amoral. Dia yang belum pernah menjadi pemimpin, tetapi menjelek-jelekkan pemimpinnya sendiri. Dia bia dibilang sok tahu atau khianat, sekalipun tahu aturan main menjadi seorang pemimpin negara. Tahu bagaimana cara mengatasi masalah negara, dia tetap bisa dibilang sok tahu. Kenapa begitu? Ya karena dia omdo (omong doang). Setiap kalimat menjelek-jelekkan itu keluar dari mulutnya, adalah setiap penyesalannya yang nyata karena belum pernah merasakan bagaimana menjadi seorang pemimpin negara. Tidak ada guru yang pernah menjadi presiden, kecuali presiden pernah menjadi guru. Aku tahu watak guru yang beginian dari pengalamanku selama guru mengajar. Biasanya guru kalau mengajar sengaja maupun tidak sengaja mencurahkan hatinya kepada muridnya. Itu pun kalau ada waktu luang. Tapi kalau soal politik yang dicurahkannya, bisa jadi sebuah provokasi nih.

Jadi, posting kali ini, aku tidak tahu intinya. Tapi, semoga saja bermanfaat deh.

0 komentar:





Terima kasih. Semoga bermanfaat.
... والسلامعليكم

Kacamata

 

Ardiarti Bangun Wijaya Copyright © 2008 Green Scrapbook Diary Designed by SimplyWP | Made free by Scrapbooking Software | Bloggerized by Ipiet Notez